Catatan

"Ini busnya kapan datang, sih?!" gerutuku kesal.


 Lewat pukul 9 malam, bus tak kunjung datang, selalu saja yang datang sudah berisikan penumpang--itu pun ada yang sudah tak ada tempat untuk berdiri. 


   Sebagian besar calon penumpang menyerah, memutuskan mencari bus di bagian lain terminal, dan bus apapun kondisinya asal mampu membawa pulang. Tak peduli lagi tersedia tidaknya kursi.

Hanya aku dan keluargaku yang setia menunggu 4 jam di terminal. Para calo pun sudah sedari tadi menawarkan "bus bantuan" mereka, dengan tarif 100rb/orang, namun tak ada yang berani mendekati ayahku.


   Kekesalanku memuncak; sudahlah diserobot terus, busnya penuh semua, bus bantuan kok ya mahal banget--itu pun tak menjamin sampai tujuan, perut kosong tapi tak cukup pula duit.

Mulutku ngomel, sambat.
"Iki nyapo kok aben beg ae bus e"
"Ndang ta teka bus e, weh. Aku luwe iki"
Herannya, calon-calon penumpang tetap tenang seperti semua akan berlalu. Haish!
--
   Pukul setengah 10 malam, datang bus menuju Trenggalek. Lagi-lagi tak ada kursi kosong.  Karena bosan dan capek menunggu, akhirnya kami langsung gas saja. Kalau tidak, bisa-bisa menunggu semalaman di terminal.


   Sesampainya di rumah, ibu berpesan padaku; kalau di terminal, tetap tenang. Kalau tidak, bisa-bisa kamu dirugikan oleh orang; dihipnotis maupun ditipu.


Catatan kaki

  • Sambat artinya ngeluh.
  • "Iki nyapo kok aben beg ae bus e" artinya ini kenapa kok busnya selalu penuh.
  • "Ndang ta teka bus e weh. Aku luwe iki" artinya cepatlah datang bus. Aku lapar ini.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Berbahagialah orang yang terasing

Puisi

#BrainlyReview